Friday 15 October 2010

Peringatan Agar Tidak Tertipu Dengan Amalan Sendiri


Assalamualaikum wrth.
Semoga semua anak cucucicittoksomtokwannasir semuanya berada dalam rahmat Allah SWT selalu hendaknya dalam semua urusan kehidupan.

Alhamdulillah,pertamanya marilah sama-sama kita mengucapkan jutaan kalimah syukur yang tidak terhingga kita kehadrat rabbul jalil Allah SWT kerana dengan izin dan limpah perkenannya jua kita masih lagi dapat menghirup udaranya yang nyaman dan segar ini serta masih lagi mengizinkan kita untuk terus berada dalam Islam yang mulia sebagai hambanya diatas mukabumi ini.

Anak cucucicittoksomtokwannasir sekelian,marilah sama-sama kita hayati apa yang terkandung dalam artikel ini untuk sama-sama kita didik hati-hati kita agar sama-sama berhati-hati dalam menjalani kehidupan harian kita agar kita tidak tertipu dengan apa yang ada pada kita serta kerjabuat kita sehari-hari yang mana apabila dibuka buku catatan kita nanti ianya adalah satu catatan kosong sahaja, semoga risalah ringkas ini dapat mengingatkan kita agar kita tidak termasuk dalam gulungan yang tertipu tersebut,wallahuallam.
--------------------------------------------------------------------------------
Imam Al-Ghazali mengatakan ada dikalangan manusia yang tertipu oleh keadaan, ilmu, dan amal yang dilakukannya. Mereka yang tertipu bukan hanya terdiri dari gulungan abid (banyak ibadah), tetapi termasuk juga dari kalangan orang yang alim (berilmu).
Pertama,
Orang yang mempelajari ilmu agama dan ilmu lain, tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya. Ilmu tidak mendekatkan dirinya kepada Allah, menjauhkannya dari yang haram, dan membentuknya berakhlak mulia. Ilmu yang dimiliki orang tersebut tidak berharga kerana tidak membuahkan amalan yang baik. Pemilik ilmu ini termasuk orang pertama dan paling berat mendapat azab Allah di akhirat. Nabi SAW bersabda,;

‘’Orang yang paling berat mendapat azab Allah adalah orang yang alim (berilmu), tetapi Allah tidak memberikan manfaat kepadanya melalui ilmunya. Ia salah seorang dari tiga golongan orang yang dikabarkan Nabi yang pertama merasakan azab api neraka.'’ (Al-Hadis).

Kedua,
Orang yang banyak beribadah dan berupaya memberatkan diri melakukan amalan lahir, seperti memperbanyak solat sunat dan puasa sunat. Namun, ia mengabaikan penelitian terhadap hati dan menyucikan hatinya dari berbagai penyakit batiniah, seperti iri, dengki, riya, dan sombong. Penyakit batiniah bukan hanya membuat amalnya tidak bernilai, tetapi juga merosak dirinya. Sesungguhnya Islam ingin mewujudkan keseimbangan antara amalan lahir dan batin, ibadah yang banyak dan berkualiti serta kesucian hati. Nabi SAW bersabda,;

‘’Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupamu dan harta yang kamu miliki, tetapi Ia melihat kepada hati dan amalmu.'’ (Al-Hadis).

Ketiga,
Orang yang beribadah kepada Allah dengan penuh berhati-hati, tetapi sikapnya tersebut sampai pada batas menyulitkan dirinya. Sikap berhati-hati memang dianjurkan oleh Islam, tetapi tidak boleh sampai menyulitkan. Sebab, Allah menginginkan kemudahan kepada umatnya dalam pelaksanaan Islam, seperti firman-Nya,;

‘’Allah menginginkan kemudahan kepadamu, dan Ia tidak menginginkan kesulitan terhadapmu.'’ (QS 2: 185).

Terlalu berhati-hati yang berlebihan tampak pada orang yang dihinggapi rasa waswas oleh godaan syaitan ketika berwudhu. Orang itu berkumur-kumur berulang kali dan menggosok dengan keras ketika air wudhu mengenai kulitnya. Orang yang berwudhu seperti ini tertipu oleh amalnya kerana Islam tidak menuntut seperti itu. Yang penting basuhan air wudhu cukup apabila telah membasahi anggota wudhu.



Alangkah baiknya sikap berhati-hati yang berlebihan ketika berwudhu ini dipakai dalam mencari rezeki halal. Dalam Islam mencari rezeki halal mempunyai kedudukan yang penting. Mencari rezeki yang halal untuk menyara kehidupan turut menentukan keberkahan serta keberkatan hidup seseorang Muslim itu. Dan, pengabulan doa hamba oleh Allah berrkait rapat dengan kebersihan rezeki yang dicarinya.
Nabi SAW bersabda,;
‘’Seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut, penuh dengan debu, dia menadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,’ sedangkan makanan, minuman, dan pakaiannya haram, serta dikenyangkan dengan barang haram, maka bagaimana akan dikabulkan permintaannya (doanya).'’ (HR Muslim).

Anak cucucicittoksomtokwannasir sekelian;
Semoga dengan ini kita dapat lebih berhati-hati dalam menerjakan amal soleh, antara ilmu dan amal haruslah seimbang. Jika kita ingin mengerjakan amal soleh tetapi belum tahu ilmunya adalah lebih baik kita berguru dan bertanyakan kepada yg lebih tahu (Ahlinya).jika kita telah tahu teruskanlah saja dengan amalan kita semoga ianya diterima disisi Allah SWT sebagai amal soleh kita.

Wallahuallam....

Abu A’tiyyah

*Artikel ini diambil dan diolah serta dieditkan untuk sama-sama kita mendapat manfaat darinya dalam rangka dan usaha kita untuk mendidik diri dan hati-hati kita agar dapat menjadi hambaNya yang sebenar diatas mukabumi ini,Insya Allah.

No comments:

Post a Comment