Friday 29 October 2010

Berusaha dan Mengharap Pertolongan Allah - Satu siri teladan dari Sirah Nabawiah

Rumah Rasulullah saw sudah dikepung. Sebelas penjahat dari beragam kabilah bersedia di persembunyian mereka. Masing-masing siap sedia dengan senjata terhunus. Mata mereka nyaris tidak berkedip mengawasi setiap celah yang memungkinkan Rasulullah saw keluar.
Dalam situasi yang sangat genting itulah, Rasulullah saw menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempatnya sambil mengenakan selimut yang biasa dipakai beliau.
Kemudian, baginda keluar rumahnya tanpa diketahui para pengepungnya. Rasulullah saw langsung menuju rumah Abu Bakar as-Sidiq. Lewat pintu belakang, keduanya menempuh perjalanan ke arah selatan. Keduanya tiba di gua Tsur di atas puncak sebuah bukit yang cukup tinggi. Selama tiga hari keduanya bersembunyi di gua tersebut.
Setelah mengetahui keadaan cukup aman, ditemani seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith, Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra. meneruskan perjalanan kearah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tidak pernah dilewati orang, mereka berbalik kearah utara menuju Madinah. Pada Isnin, 8 Rabiul Awal tahun keempat belas dari kenabian, bertepatan dengan 23 September 622 M, Rasulullah saw tiba di Quba’. Disana baginda mendirikan masjid dan tinggal selama 4 hari. Setelah itu bersama beberapa orang sahabat yang menjemputnya, baginda bergerak menuju Madinah.
Kisah perjalanan hijrah Rasulullah saw tersebut tidak asing lagi bagi kita. Sebuah kisah perjalanan yang sarat dengan pelajaran. Ia tidak hanya menjelaskan peristiwa pindahnya Rasulullah saw dari tanah kelahirannya, Mekah, menuju negeri hijrah, Madinah. Namun kisah ini menyimpan beragam strategi, taktik, dan siasat jitu menghadapi musuh yang boleh kita teladani.

Keberhasilan Rasulullah saw menyelamatkan diri dari kepungan dan kejaran orang-orang yang ingin membunuhnya itu, tidak cukup dijelaskan semata kerana pertolongan Allah. Meski itu yang paling utama, tetapi sisi usaha Rasulullah saw sebagai seorang manusia pun sangat nyata. Bahkan, kalau diteliti, pertolongan Allah itu muncul dan menjadi kunci keberhasilan setelah segenap usaha dilakukan.

Untuk mengelabui mereka yangmengepung rumahnya, Rasulullah saw menyuruh Ali bin Abi Thalib tidur mengenakan selimutnya. Baginda juga sudah memperkirakan, musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu baginda bersembunyi di gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah juga menyuruh Amir bin Furairah, mantan hamba Abu Bakar ra. untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain untuk diambil susunya, juga untuk menghilangkan jejak.

Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua dan sebelum matahari terbit ia sudah berada kembali di Mekah. Dengan demikian, Rasulullah saw mengetahui semua perancangan orang-orang kafir yang terus mencari dan ingin membunuhnya. Sebaliknya, orang-orang kafir tidak pernah curiga kerana Abdullah bin Abu Bakar selalu bersama mereka di siang hari.

Selama tiga hari bersembunyi di dalam gua, Rasulullah saw dan Abu Bakar tidak kelaparan kerana Asma’ senantiasa mengirimkan makanan buat mereka. Dengan cerdik puteri Abu Bakar itu menyelipkan makanan di pinggangnya. Justeru dalam sejarah dia dikenali dengan Dzatun Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).
Namun semua itu hanyalah usaha maksima manusia. Yang berhak menentukan keberhasilan hanyalah Allah. Buktinya, walaupun Ali bin Abi Thalib sudah diperintahkan tidur di tempat Rasulullah saw, namun ada juga diantara para pengepung yang sempat mengetahui bahawa Rasulullah sudah keluar. Kekuasaan Allah lah yang mampu menutup mata dan hati para pengepung sehingga Rasulullah saw berhasil menyelamatkan diri.

Walaupun sudah berusaha semaksima mungkin mengatur siasatan, tetap juga para pengejar Quraish berhasil menemui tempat di mana Rasulullah saw dan Abu Bakar bersembunyi. Hanya kekuasaan Allah-lah yang mampu menggerakan hati orang-orang kafir itu untuk tidak memasuki ke dalam gua. Kekuasaan Allah juga yang menggerakkan hati burung merpati untuk bertelur di pintu gua. Kekuasaan Allah juga yang menggerakkan labah-labah untuk merangkai sarangnya menutupi pintu gua. Dengan demikian orang-orang kafir yang saat itu sudah berdiri di muka gua, tidak curiga kalau di dalamnya ada Rasulullah saw dan Abu Bakar sedang bersembunyi.

Walapun sudah berusaha semaksima mungkin memilih jalan paling selamat ke Madinah, tetapi tetap sahaja Suraqah bin Naufal mampu menemukan mereka. Sekali lagi hanya kerana pertolongan Allah yang menyebabkan kaki kuda Suraqah terperosok sehingga menyebabkannya tidak sanggup menangkap atau membunuh Rasulullah saw.

Tidak hanya pada peristiwa hijrah perkara ini terjadi. Menghadapi pasukan Ahzab yang jumlahnya berlipat ganda, Rasulullah saw dan kaum Muslimin sudah berusaha semaksima mungkin. Untuk membentengi diri dari serbuan musuh, kaum muslimin sudah menggali parit yang mengelilingi hampir setengah keliling Madinah. Rasulullah saw pun menyuruh Hudzaifah Ibnul Yaman untuk mengintai keadaan lawan. Baginda juga mengizinkan Nuaim bin Mas’ud untuk memecah belah pasukan musuh. Namun, bukan itu yang membuat lawan kalah. Bukan itu yang menyebabkan lawan tercerai berai. Itu hanyalah usaha manusia. Yang memenangkan pertempuran adalah Allah. Dengan hanya mengirimkan angin, Allah swt. membuat pasukan Ahzab kucar kacir. Mereka lari tunggang langgang meninggalkan medan pertempuran dengan rasa takut yang mencekam.
Begitulah perjuangan. Ia tidak hanya menuntut kerja keras yang maksima, tetapi juga memerlukan pertolongan dari Allah swt. Sebaliknya, pertolongan dari Allah tidak hanya turun begitu saja tanpa usaha yang maksima.

Malahan datangnya pertolongan Allah itu bersyarat. Ia hanya akan datang kepada mereka yang sudah berusaha menolong agama-Nya. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu,” (QS. Muhammad:7)

Jadi jangan berharap pertolongan Allah akan muncul kalau kita tidak pernah berusaha menolong agama-Nya. Pertolongan Allah menuntut pengorbanan dan keikhlasan dalam bekerja melaksanakan amal Islami.

* Artikel ini dipeetik dari ruangan blog Haluan Tarbawi untuk tatapan dan renungan kita bersama anakcucucicitTokSomTokWanNasir semua agar ianya bermanfaat untuk dijadikan teladan dan panduan dalam kerjabuat kita sehari-hari yang sememangnya sentiasa mengharapkan pertolongan dan bantuan dari Allah SWT wa-aima apa kerja sekalipun samada kita sebagai pelajar,pekerja surirumah atau sebagainya.....

Bersesuian dengan musim peperiksaan ini amatlah sesuai kita memperbaharui niat dan azam kita dengan berusaha dengan bersungguh-sungguh disamping sentiasa mengharapkan pertolongan dan rahmat dari Allah SWT.....
Salam Kejayaan untuk semua anakcucucicit TokSomTokWanNasir sekelian.......
Semoga Kejayaan dalam hidup ini senantiasa bersama dengan kita.....

Wallahuallam.....

Pak Su Jaman

No comments:

Post a Comment